HOME

Jumat, 23 Maret 2012

CANDY DAN PRODUK COKELAT

A. PENDAHULUAN



Permen (boiled sweet) merupakan salah satu produk pangan yang digemari. Sebagai produk confectionery, candy dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan bahan bakunya, yaitu sugar confectionery dan chocolate confectionery. Sesuai dengan namanya, penggolongan itu didasarkan pada jenis bahan baku utamanya. Sugar confectionery bahan bakunya berbasis gula, sedangkan chocolate confectionery merupakan candy dengan basis bahan baku cokelat. Selain itu, penggolongan candy juga dapat didasarkan pada perbedaan tekstur
dan cara pengolahannya.
Candy atau permen menurut jenisnya dikelompokkan menjadi dua macam yaitu permen kristalin (krim) dan permen non kristalin (amorphous). Permen kristalin biasanya mempunyai rasa yang khas dan apabila dimakan terdapat rasa krim yang mencolok. Contoh permen kristalin adalah fondant, dan fudge. Sedangkan permen non kristalin (amorphous) terkenal dengan sebutan “without form”, berdasarkan teksturnya dibedakan menjadi hard candy (hard boiled sweet), permen kunyah (chewy candy) atau soft candy, gum dan jellies.
Produk confectionery lainnya adalah Karamel atau Toffee (termasuk soft candy) dan cotton candy (permen tradisional). Pembuatan candy merupakan manipulasi gula/cokelat untuk mendapatkan tekstur tertentu. Prinsipnya yaitu mengontrol kristalisasi gula/cokelat dan rasio gula – air. Pada bab ini selain hard candy, permen kunyah, gum dan jellies, caramel dan cotton candy, akan dibahas juga tentang cokelat, pencairan cokelat couverture, membuat cokelat dengan cetakan, melapisi dengan cokelat, dan penyimpanan cokelat.



B. BAHAN


1. Bahan Utama Pembuatan Candy
a. Sukrosa
Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhidrous dan kelarutannya dalam air mencapai 67,7% pada suhu 20°C (w/w). Komponen terbesar yang digunakan dalam industri konfeksioneri adalah gula pasir (sukrosa). Sukrosa adalah disakarida yang apabila dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa. Secara komersial gula yang banyak diperdagangkan dibuat dari bahan baku tebu atau bit. Sampai saat ini sukrosa merupakan bahan utama yang paling banyak digunakan untuk pembuatan candy, meskipun belakangan telah banyak dikembangkan candy jenis “sugar free”, yang dipandang memiliki efek lebih baik untuk kesehatan (obesitas, diabetes, gigi).
Gula yang paling banyak digunakan adalah gula rafinasi, yang mengacu pada standar Masyarakat Ekonomi Eropa dan ICUMSA (International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis). Sifat-sifat gula yang penting diketahui karena sangat vital dalam mempengaruhi proses pembuatan candy adalah: inversi, titik didih gula, dan tingkat kelarutan gula.
Sukrosa memiliki peranan penting dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk citarasa, sebagai substrat bagi mikroba dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan pelarut. Penggunaan sukrosa dalam pembuatan hard candy umumnya sebanyak 50 – 70% dari berat total. Gula dengan kemurnian yang tinggi dan kadar abu yang rendah baik untuk hard candy (permen jernih). Kandungan kadar abu yang tinggi akan mengakibatkan peningkatan inversi, pewarnaan dan penembusan selama pemasakan sehingga memperbanyak gelembung udara yang terperangkap dalam massa gula. Selain peningkatan kadar sukrosa akan meningkatkan kekentalan.
Dalam pembuatan hard candy dapat digunakan sukrosa dalam bentuk granular dan cair. Gula dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan kadar abu yang rendah sangat dibutuhkan agar dihasilkan permen yang jernih. Kandungan abu yang tinggi akan menyebabkan peningkatan inversi, pewarnaan dan penembusan selama pemasakan sehingga memperbanyak gelembung udara yang terperangkap dalam massa gula. Sukrosa yang digunakan dalam pembuatan permen sebaiknya memiliki kemurnian yang tinggi dan rendah kadar abunya. Garam-garam
mineral dapat mempengaruhi proses pembuatan permen sehingga menentukan kualitas dan umur simpan permen yang dihasilkan. Kadar abu sukrosa umumnya berkisar 0,013%.
Semakin tinggi suhu pemanasan sukrosa dalam air, maka semakin tinggi pula persentase gula invert yang dapat dibentuk. Pada suhu 20°C misalnya dapat dibentuk 72 % gula invert dan pada suhu 30 °C terbentuk hampir 80% gula invert. Gula invert dengan jumlah yang terlalu banyak mengakibatkan terjadinya extra heating sehingga dapat merusak flavor dan warna. Selain itu gula invert yang berlebihan menghasilkan lengket atau bahkan produk tidak dapat mengeras. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sukrosa sebagai bahan utama pembuatan permen adalah kelarutannya. Permen yang menggunakan sukrosa murni mudah mengalami kristalisasi. Pada suhu 20°C hanya 66,7% sukrosa murni yang dapat larut. Bila larutan sukrosa 80% dimasak hingga 109,6°C dan kemudian didinginkan hingga 20°C, maka 66,7% sukrosa akan terlarut dan 13,3% terdispersi. Bagian sukrosa yang terdispersi ini akan menyebabkan kristalisasi pada produk akhir. Oleh karena itu perlu digunakan bahan lain untuk meningkatkan kelarutan dan menghambat kristalisasi, misalnya sirup glukosa dan gula invert. Gula invert yang berlebihan mengakibatkan produk menjadi lengket dan tidak dapat mengeras. Penambahan gula invert yang banyak akan mengakibatkan terjadinya ektra heating sehingga merusak flavor dan warna
b. Sirup Glukosa
Sirup glukosa merupakan bahan yang sering digunakan dalam berbagai industri konfeksioneri, pengawet, frozen dessert dan minuman. Sirup terbuat dari glukosa, maltosa, dan dekstrin. Sirup glukosa dapat juga digunakan sebagai pemanis bersama-sama dengan sukrosa. Sirup glukosa dibuat dari hidrolisis asam atau enzimatik pati. Namun umumnya glucosa dibuat dengan menggunakan bahan baku tepung jagung atau tepung singkong.

Metode konversinya secara garis besar terbagi dua yaitu dengan metode ”acid converted” atau enzim converted” yang menghasilkan jenis glucosa dengan potongan rantai saccharida yang berbeda, dan juga digunakan untuk jenis permen yang berbeda. Ada jenis permen yang sangat sensitif terhadap adanya kontaminasi atau tercampurnya jenis glucosa dengan metode yang satu dengan lainnya, yang dapat menyebabkan kegagalan proses atau tingkat reject yang tinggi. Sirup glukosa merupakan suatu substansi kompleks yang terdiri dari dekstrin, maltosa, dekstrosa dan berbagai oligosakarida, mempunyai sifat viskous dan tidak berwarna.
Perbandingan jumlah sirup glukosa dan sukrosa yang digunakan dalam pembuatan permen sangat menentukan tekstur yang terbentuk. Campuran glukosa dan sukrosa dapat membuat tekstur yang dihasilkan lebih liat, tetapi kekerasannya cenderung menurun. Mengatur perbandingan antara gula dan sirup glukosa merupakan perpaduan ilmiah dan seni yang sangat menarik, untuk mendapatkan tekstur akhir yang diinginkan. Perlu perbandingan yang khas dan tepat untuk kedua bahan utama ini. Jika terlalu banyak gula dan sedikit glucosa akan menjadikan adonan kurang elastis dan mudah putus (short dough) sehingga menyulitkan dalam proses “cut & wrap”, sebaliknya jika terlalu banyak glucosa juga akan menyebabkan adonan terlalu liat. Sirup ini digunakan dalam pembuatan candy untuk mengatur tingkat dan kecepatan proses kristalisasi sesuai dengan keinginan industri. Jika hanya larutan gula, akan sangat cepat membentuk kristal pada saat penurunan suhu larutan. Proses kristalisasi belum diharapkan pada proses pencetakkan, karena jika proses kristalisasi telah terjadi terlalu cepat pada saat pencetakkan maka adonan menjadi tidak elastis dan akan pecah saat proses pencetakkan.
Fungsi utama dari sirup glukosa dalam pembuatan hard candy adalah untuk mengontrol kristalisasi gula. Selain itu sirup glukosa juga dapat menambah kepadatan dan mengatur tingkat kemanisan hard candy. Kandungan glukosa dalam sirup dinyatakan dengan dextrose equivalent (DE) yang secara komersial adalah kandungan gula pereduksi yang dinyatakan sebagai persen dekstrosa terhadap padatan kering. DE tidak menyatakan kandungan glukosa yang sebenarnya dari produk tetapi berhubungan dengan kandungan gula pereduksi dari
semua jenis gula yang terdapat dalam produk. Secara komersial DE adalah kandungan gula pereduksi yang dinyatakan sebagai persen dextrosa terhadap padatan kering.
Sirup glukosa dengan nilai DE rendah mempunyai viskositas yang tinggi dan kemanisan yang rendah. Sirup glukosa mempunyai sifat higroskopis yang rendah sehingga dapat digunakan sebagai pelindung pada hard candy. Sirup glukosa yang umum digunakan adalah 42 DE yang dihasilkan dari asam maupun kombinasi asam enzim. Sirup glukosa berfungsi menyediakan gula reduksi (maltosa dan dekstrosa) untuk mendukung terjadinya reaksi Maillard dengan protein

susu yang menghasilkan warna dan flavor produk. Kandungan gula bermolekul lebih tinggi yang terdapat dalam sirup glukosa berperan dalam meningkatkan kekentalan dan konsistensi produk sehingga dapat dikunyah. Selain itu sirup glukosa membantu mencegah terjadinya kristalisasi gula (sukrosa) yang tidak diinginkan dalam produk. Pada permen kunyah DE juga merupakan hal penting dalam pemilihan sirup glukosa. Selain sebagai fungsinya penahan atau penyeimbang dalam proses rekristalisasi, sirup glucosa juga berperanan penting untuk memberikan body pada adonan. Semakin tinggi DE akan semakin tinggi kemanisannya, namun semakin bersifat higroskopis dan encer. DE yang rendah akan berkurang manisnya namun bisa digunakan untuk menambah viscositas, cheewiness dan thougness pada adonan. Gula alkohol juga banyak digunakan dalam produk permen rendah kalori, karena sifatnya yang lebih sulit dicerna oleh usus. Namun demikian, jika terlalu banyak mengkonsumsinya, akan dapat menimbulkan diare karena proses penyerapannya yang relatif lambat. Gula alkohol yang banyak digunakan adalah sorbitol, xylitol, isomalt dan lain-lain. Gula alkohol banyak digunakan untuk produk dengan lebih banyak pendekatan kearah medis, misalnya lebih baik untuk gigi, karena sifat gula alkohol ini lebih tahan terhadap proses fermentasi bakteri oral, sehingga tingkat produksi asam dari sorbitol jauh lebih rendah dibanding sukrosa, penurunan pH menjadi minimal sehingga proses erosi email gigi dapat dihambat.
c. Lemak
Selain butter, janis lemak yang digunakan adalah hardened Palm Kernel Oil, HPKO, dengan karateristik kisaran melting point yang sempit dan tekstur yang rapuh. Umumnya lemak yang digunakan berbentuk hampir solid dalam kondisi suhu ruangan, hal ini memberikan pengaruh pada saat penyimpanan produk akhir di pasaran pada saat musim panas, sehingga tidak mudah meleleh. Namun demikian lemak ini harus meleleh dalam suhu tubuh, terutama dalam mulut karena penggunaan lemak dengan titik cair yang terlalu tinggi umumnya akan memberikan efek “Grease-Coating” (akan membentuk lapisan lemak) di mulut dan kurang menyenangkan.
Penggunaan lemak umumnya dikombinasikan dengan penggunaan emulsifier seperti soya lecitin atau glyceril monostearate,yang berguna menjaga tingkat stabilitas distribusi yang merata lemak yang terkandung di dalam adonan. Dengan adanya kandungan lemak yang tinggi akan cukup riskan terhadap mutu permen, dimana jika tidak terikat dengan baik lemak akan mudah keluar dari adonan dan permukaan permen, yang dapat mendorong terjadinya oksidasi dan akan menjadi tengik.
Selain itu lemak yang digunakan juga harus tahan terhadap reaksi oksidasi. Semakin tinggi derajat ketidakjenuhan lemak, maka semakin mudah terjadi reaksi oksidasi. Kompromi harus dilakukan dalam memilih dan mencampur lemak yang digunakan dimana disatu sisi diharapkan tahan terhadap oksidasi dan di sisi lain lemak pada produk akhir harus dapat meleleh pada suhu tubuh/mulut. Ketengikan pada oksidasi menyebabkan rasa yang menyimpang dan ini dipercepat oleh logam terutama oleh tembaga dan besi. Toffee dibuat dalam panci tembaga sejak bertahun-tahun,namun ketengikan ini tidak menjadi masalah karena proses emulsifikasi lemak kedalam sirup terjadi dengan cepat sehingga kontak dengan globula lemak menjadi minyak. Bahan tambahan lainnya yang juga umum digunakan dalam menjaga tekstur permen adalah modified starch dan gelatin. Gelatin merupakan produk yang dihasilkan dari hidrolisis parsial kolagen yang berasal dari kulit, jaringan ikat dan tulang hewan. Fungsi dari gelatin adalah sebagai pembentuk gel yaitu mengubah cairan menjadi padatan yang elastis, atau mengubah bentuk sol menjadi gel, mempunyai sifat reversibel yaitu jika gel dipanaskan akan membentuk sol dan bila didinginkan akan membentuk gel kembali. Sifat lain dari gelatin adalah tidak dapat larut dalam air dingin, namun akan mengembang bila terjadi kontak dengan air dan membentuk gelembung-gelembung yang besar.
Jika dipanaskan pada suhu + 71°C, gelatin akan larut karena agregat molekul pecah dan akan membentuk dispersi koloid makromolekul. Penggunaan gelatin dalam industri pangan sudah cukup banyak diantaranya adalah dalam pembuatan dessert, permen, jelly daging, es krim serta produk susu. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan gel adalah konsentrasi gelatin dalam campuran, karena gel yang diinginkan akan terbentuk hanya dalam batas tertentu. Jika konsentrasi gel terlalu tinggi, gel yang terbentuk kaku, tetapi bila konsentrasi gelatin yang digunakan terlalu rendah maka yang terbentuk akan lunak atau tidak terbentuk gel. Gelatin yang diperlukan untuk menghasilkan gel yang memuaskan berkisar antara 5 – 12% tergantung dari kekerasan produk akhir yang diinginkan.
d. Asam Sitrat
Asam adalah bahan yang larut dalam air dan menghasilkan ion hidrogen. Asam dibagi menjadi dua macam yaitu asam organik dan asam anorganik. Asam organik adalah asam lemah dan banyak dijumpai dalam bahan pangan. Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak digunakan terutama pada industri makanan dan minuman. Berfungsi sebagai bahan pemicu rasa, pengasam, antioksidan dan pengemulsi.
Disamping itu asam sitrat banyak digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik. Banyaknya kegunaan asam sitrat ini menyebabkan kebutuhan terhadap asam sitrat meningkat setiap tahunnya. Selain asam sitrat penambahan asam organik lainnya untuk mendapatkan keasaman, adalah asam malat, maleat, fumarat, succinat, adipat dan asam tartarat. Asam sitrat banyak digunakan karena mudah dicerna, punya rasa asam yang menyenangkan, tidak beracun dan mudah larut. Asam sitrat bertindak sebagai penegas rasa, warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Asam sitrat (asam B-hydroxytricarballylat;
asam 2-hydroxy-1,2,3-propanetricarboxylat) mempunyai rumus bangun sebagai berikut :
H2C – COOH
HOC – COOH
H2C – COOH
(Asam sitrat)
Asam sitrat digunakan secara luas dalam industri makanan dan minuman serta industri farmasi, karena daya larutnya tinggi, rasa asam yang menyegarkan, toksisitas sangat rendah, kemampuan assimilasi cepat dan biayanya rendah. Asam sitrat juga digunakan dalam beberapa industri kosmetik dan pembersih kimia serta industri lainnya. Di dalam industri pangan, asam sitrat ditambahkan untuk ekstrak flavor, minuman ringan dan permen. Penambahan dilakukan untuk mengatur pH sekitar 5,0 untuk membantu dalam pengawetan, untuk
mencegah terjadinya perubahan warna daging kepiting, sebagai sinergis antioksidan pada minyak dan untuk menunda terjadinya pencokelatan pada pengirisan buah.
Asam sitrat juga berfungsi sebagai “acidulant” pada pembuatan obat-obatan, shampo, minuman dan es krim. Dapat pula digunakan pada pengecatan kain mori serta sebagai bahan pembuatan alkil resin dan perekat. Dalam industri farmasi, asam sitrat digunakan sebagai bahan pengawet dalam penyimpanan darah, tablet, “ointment” sedangkan dalam industri kimia digunakan sebagai zat anti busa, sebagai pelembut dan perlakuan pada tekstil.
e. Air
Air tidak cukup hanya dipandang sebagai bahan pelarut saja. Terkadang beberapa kegagalan dalam prosesnya disebabkan oleh penggunaan air dengan jumlah dan kualitas yang tidak sesuai. Proses inversi yang tidak terkontrol dan diskolorisasi terkadang dapat dipicu oleh air. Karena itu perlu diperhatikan tingkat keasaman, kesadahan, kandungan mineral, dan lain-lain. Industri besar umumnya memiliki pretreatment water, bahkan terkadang diperlukan proses demineralisasi. Penggunaan air dalam jumlah yang tepat juga mempengaruhi efisiensi proses pemasakan dan penggunaan energi. Proses pemasakan sendiri bisa dilakukan dalam kondisi tekanan atmosfer atau dengan aplikasi tekanan vakum, sehingga proses pemasakan bisa dilakukan dengan suhu lebih rendah dan waktu lebih singkat. Hal ini baik untuk mengontrol proses inversi yang tidak diinginkan. Intinya, kondisi yang ideal adalah penggunaan sesedikit mungkin air, serta pemasakan yang cepat pada suhu serendah mungkin.Air sering diabaikan sebagai bahan.
Penggunaan air yang paling besar adalah sebagai pelarut bahan.
Pada produk toffee penggunaannya kadang kala tidak diawasi secara tepat. Meskipun air memberikan efek yang kecil terhadap warna dan flavor namun memberikan pengaruh yang besar dalam pengolahan terutama mempengaruhi dan menentukan tekstur produk. Pada pengolahan toffee tidak diperlukan air dalam jumlah banyak dan beberapa pembuat toffee ada yang tidak menambahkan air tapi hanya mengandalkan air yang ada dalam bahan-bahan baku yang lain.
Fungsi utama air adalah melarutkan gula, sehingga yang terpenting dipastikan gula larut secara sempurna. Oleh karena itu banyak yang menggunakan gula yang telah dihaluskan guna mempercepat kelarutan gula. Bahan lain yang biasa digunakan adalah emulsifier. Toffee dapat diproduksi tanpa emulsifier karena protein susu sudah berfungsi sebagai emulsifier namun dapat juga menggunakan emulsifier lesitin kedelai atau glycerin monostearat. Tujuan penggunaan emulsifier untuk lebih menstabilkan distribusi lemak dan gula. Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai air minum. Nilai pH air juga harus diperhatikan. Jika pH asam dapat menyebabkan inversi sukrosa dan warna gelap, sedangkan jika pH alkali (basa) dapat menyebabkan berkerak.
2. Bahan Tambahan Pembuatan Candy
a. Flavor
Flavor didefinisikan sebagai gabungan persepsi yang diterima oleh indera kita yaitu bau, rasa, penampilan, sentuhan dan bunyi saat kita mengkonsumsi makanan. Interaksi antara senyawa-senyawa beraroma dalam suatu produk dapat memberi efek sinergisme atau antagonisme (mendominasi atau mempengaruhi karakter lain dalam bahan pangan).
Perlakuan penambahan flavor ke dalam syrup panas dilakukan dalam jumlah tertentu sehingga produk akhir mengandung berat 0,05 – 0,3% atau 0,1 – 0,2% berat flavor. Tujuan penambahan flavor bukan untuk menutupi kualitas dari bahan pangan yang sebenarnya, tetapi antara lain untuk meningkatkan daya tarik bahan pangan, menstandarisasi produk akhir, meningkatkan flavor yang lemah dan menggantikan flavor yang hilang selama pengolahan.
Flavor yang baik adalah flavor yang mempunyai tiga komponen yaitu :
a. Top note : yang memberikan kesan awal
b. Middle note : sebagai penghubung antara top note dan bottom note
c. Bottom note : yang menentukan fullness, body dari flavor.
Golongan ester termasuk kategori pertama, asam termasuk kategori kedua sedangkan vanilin serta maltol termasuk golongan ketiga. Permen bisa mengandung bahan lain yaitu flavor alami, buatan dan minyak tanaman dan buah-buahan seperti ; minyak citrus (jeruk), minyak daun, bunga, buah lemon, madu, cherry, menthol, eucalyptus, peppermint dan spearmint.
b. Pewarna
Jenis pewarna yang digunakan dalam pembuatan hard candy adalah pewarna alami dan sintetis atau dapat juga berupa agen pengikat dari kelompok alginat, seperti selulosa, gum sayur dan sejenisnya. Pewarna alami seperti carmin, annato, beta-caroten, turmeric, gula bit, ekstrak kulit anggur, caramel dan campuran diantaranya dapat digunakan sebagai pewarna. Penggunaan konsentrasi khusus untuk agen warna sintetik berkisar dari 0,01 – 0,03% dan level 0,1 – 1% untuk warna alami.
c. Pemanis Buatan
Pemanis buatan yang sering digunakan adalah aspartame, acesulfame-K dan saccarin. Pemanis buatan yang ditambahkan dalam syrup dengan jumlah tertentu bertujuan untuk mendapatkan kemanisan yang diinginkan. Jumlah yang dipakai tergantung pada daya kemanisan bahan pemanis buatan yang dipilih yaitu berkisar antara 0,05 – 0,25% berat dari formulasi akhir.

Akhir-akhir ini permintaan permen sugar free semakin tinggi, yang sebelumnya hanya dikenal masyarakat kelompok menengah keatas sekarang semakin diminati seluruh kalangan masyarakat. Untuk permen sugar free industri banyak menggunakan isomalt (termasuk golongan poliol) yang memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan sukrosa. Kelebihan isomalt stabil (tidak dapat dipecah oleh enzim dari bakteri penyebab penyakit gigi, mempunyai kalori rendah, indeks glisemik rendah, menstimulasi kenaikan produksi saliva, pH, dan air liur. Tingkat kemanisan isomalt setengah dari sukrosa. Diantara berbagai jenis poliol isomalt memiliki cooling effect yang paling rendah dan tidak meninggalkan cooling effect di mulut.
Perbedaan proses dengan pembuatan permen pada umumnya terletak pada suhu pemasakan (lebih tinggi dari pada permen yang menggunakan sukrosa), condisi RH pada pendinginan dan pengemasan. Produk akhir dari permen isomalt memiliki higroskopis yang lebih rendah dibandingkan gula maupun poliol lain. Maka permen ini stabil dalam penyimpanan (panas dan lembab) dan sangat sedikit menyerap air.
3. Bahan Pembuatan Cokelat
Beberapa jenis cokelat yang sering digunakan adalah :
a. Couverture Chocolate
b. Compound Chocolate
c. Cokelat Bubuk
d. Dark Cooking Chocolate
e. Milk Cooking Chocolate
f. White Chocolate
g. Coating Chocolate
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Bab II bagian cokelat.



C. ALAT


Untuk pembuatan candi / permen diperlukan peralatan sebagai berikut :
1. Alat ukur. Peralatan ini digunakan untuk mengukur bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan candi atau permen. Peralatan tersebut adalah gelas ukur, sendok ukur dan timbangan digital.
2. Chopping Board digunakan untuk memotong bahan seperti cokelat batangan dan lain sebagainya.
3. Whisking Bowl. Alat ini digunakan untuk mencampur bahan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan candy. Selain hanya untuk mencampur bahan, alat ini di digunakan untuk wadah adonan sebelum dibentuk atau dicetak, terutama dalam pembuatan permen cokelat.
4. Whisk berfungsi untuk mencampurkan dan mengocok adonan candy ataupun permen.
5. Thermometer. Thermometer digunakan untuk mengukur suhu adonan, terutama dalam mengukur suhu dalam pembuatan sirup gula, karamel dan cokelat cair.
6. Pastry Brusher untuk membersihkan adonan atau gula yang menempel pada panci saat pembuatan sirup atau karamel agar tidak membentuk kristal.

7. Meja kerja yang terbuat dari marmer. Alat ini digunakan untuk membentuk hiasan dari cokelat yang telah dilelehkan, dan membentuk toffee.
8. Sacharometer. Alat ini digunakan untuk mengukur kekentalan atau tingkat kemanisan gula yang akan digunakan.
9. Sauce Pan untuk melelehkan mentega dan untuk memanaskan susu atau yang lainnya.
10. Slicer. Alat ini digunakan untuk mengiris cokelat yang telah dibekukan pada meja marmer, sehingga dapat dijadikan hiasan.
11. Grater. Dalam pembuatan permen cokelat grater berfungsi untuk memarut cokelat batang untuk dijadikan hiasan.
12. Chocolate mold atau cetakan candy ataupun cokelat. Digunakan untuk mencetak permen cokelat.
13. Praline Dipping Fork. Alat ini digunakan untuk mencelup makanan yang akan dilapisi atau ditutup cokelat seperti marzipan nougat dan ganache.
14. Lemari Pendingin. Digunakan untuk menyimpan dan membekukan permen cokelat yang telak dibentuk.



D. JENIS-JENIS CANDY



1. Hard Candy


Hard candy merupakan permen yang mempunyai tekstur yang keras, penampilan yang jernih dan biasanya terdiri dari komponen dasar sukrosa dan sirup glukosa serta bahan-bahan lain yang dapat ditambahkan untuk memberikan rasa yang lebih baik. Hard candy pada dasarnya adalah campuran dari gula, sirup glukosa atau gula invert, air flavour dan pewarna. Kebanyakan hard candy dibuat dari sukrosa dan sirup glukosa.
Gula invert jarang digunakan kecuali di negara yang memiliki gula (sukrosa) dalam jumlah yang banyak dan tidak tersedia sirup glukosa. Hard candy dengan kandungan total solid sebanyak 97% memberikan tekstur yang baik dan memberikan umur simpan yang optimal. Akan tetapi jika semua hanya terdiri dari sukrosa maka akan menjadi lewat jenuh, sehingga karbohidrat ini menjadi tidak stabil.

Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan campuran sukrosa dan sirup glukosa. Sirup glukosa yang digunakan dapat meningkatkan viskositas dari permen sehingga permen tetap tidak lengket dan mengurangi migrasi molekul karbohidrat. Permen yang jernih dapat dihasilkan dengan kandungan air yang rendah dan penambahan sirup glukosa yang akan mempertahankan viskositas tinggi. Selain gula sebagai bahan dasar, isomalt, lactitol, maltitol atau hidrolisat pati yang terhidrogenasi dapat pula digunakan sebagai substitusi. Secara teknis terminologi hard candy digunakan untuk campuran sukrosa dengan sirup glukosa yang dipanaskan pada suhu tinggi sehingga bahan yang dipanaskan tersebut menjadi bening dengan karakteristik berupa :

1) Tidak ada butiran gula pada permukaan, bersih dan bening penampilannya,

2) Kadar airnya sangat rendah (1 – 3%) dengan keseimbangan kelembaban relatif di bawah 30 persen, sehingga sangat mudah untuk mengabsorbsi kelembaban dari atmosfer, dan
3) Setelah pemasakan terdapat dua komponen utama yaitu sukrosa dan glukosa, disertai gula invert dalam jumlah yang berubah-ubah yang merupakan hasil inversi sebagian sukrosa yang terjadi selama pemasakan.

Suhu yang digunakan untuk membuat permen agar kadar air mencapai kira-kira 3 persen adalah 150°C sehingga menghasilkan kandungan air yang rendah (1 – 3%), membentuk supersaturated non crystaline solution yang menghasilkan ”glassy tekstur” bentukkan menyerupai glass yang bening dan tekstur yang keras, serta memiliki kelembaban relatif dibawah 30%. Hal ini menyebabkan cenderung mudah menyerap uap air dari sekitar, sehingga dibutuhkan bahan kemasan. Dengan spesifikasi yang pas agar permen tidak mudah basah dan lengket. Teknik membuat permen dengan daya tahan yang memuaskan terletak pada pembuatan produk dengan kadar air minimum dan dengan sedikit saja kecenderungan untuk mengkristal.
Dua masalah yang dapat terjadi pada hard candy adalah stickness (kelengketan) dan graining (kristalisasi). Stickness terjadi karena meningkatnya kadar air pada permen sehingga permen lebih bersifat higroskopis. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan sukrosa dan gula invert. Tetapi rasio antara sukrosa dan gula invers perlu disesuaikan, karena kesalahan rasio kedua bahan tersebut dapat menyebabkan graining atau pengkristalan.
Penyimpanan pada suhu dan RH yang tinggi juga dapat menimbulkan masalah kelengketan dan graining, karena permen menyerap air, sehingga RH penyimpanan harus dijaga agar tidak lebih dari 45%. Hard candy diharapkan tidak lengket atau mengkristal ketika diterima oleh konsumen, maka ketepatan formula dan pengontrolan proses sangat penting. Masa simpan permen dapat mencapai 12 bulan, sehingga pemasarannya dapat dilakukan secara meluas dengan mutu permen yang tinggi dan harganya relatif murah.
Hard candy juga merupakan sebutan untuk permen yang mengalami pemasakan pada suhu 140–150°C dengan penampilan bening. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pembuatan hard candy maka kekerasannya semakin tinggi dan kadar air semakin rendah. Kristalisasi dalam produk permen berakibat mengurangi penampilan yang jernih. Kekurangan ini mengakibatkan penampilan kurang memuaskan dan terasa kasar pada lidah. Kristalisasi akan terjadi secara spontan tetapi dapat dicegah dengan menggunakan bahan-bahan termasuk sirup glukosa dan gula invert yang tidak mengkristal tetapi sangat menghambat terjadinya kristalisasi pada permen. Metode terbaru yang disenangi oleh perusahaan hard candy adalah memasak larutan gula dalam kendi dengan pengadukan perlahan secara konstan sampai larutan mulai mendidih, campuran dipanaskan sampai 266– 320°F (135 – 160oC) atau 280 – 310°F (149 – 166oC), kemudian dilakukan penambahan asam, warna dan flavor. Campuran yang terbentuk dicetak menjadi bentuk dan ukuran yang bervariasi. Sedangkan hard candy dengan bahan dasar palatinit memerlukan suhu yang lebih tinggi dalam pengolahannya yaitu 300 – 330°F.
Perlu diingat juga bahwa produk hard candy tidak lengket dan tidak mengkristal. Formulasi pembuatan candy sangat penting untuk diperhatikan. Kadar gula pereduksi (glukosa atau fruktosa) sangat menentukan karakteristik produk. Gula pereduksi tinggi maka produk cenderung lengket (hidroskopis), jika rendah gula sukrosa mengkristal. Gula pereduksi berasal dari sirup glukosa dan inversi sukrosa. Gula pereduksi maksimal 23,5%.
Kadar gula pereduksi dipengaruhi oleh rasio gula sucrosa selama proses, penambahan dari luar, penambahan asam ataupun bahan per-pH rendah. Proporsi gula sucrosa dan sirup glucosa berkisar 70 :
30 sampai 45 : 55. Khusus daerah tropis (suhu dan kelembaban tinggi) proporsi 60 : 40 dianggap tidak baik.


2. Permen Kunyah


Sesuai namanya, permen ini bertekstur lebih lunak dan dapat dikunyah/chew saat dikonsumsi dengan cara mengunyah dan ditelan, berbeda dengan permen karet (bubble gum) yang juga dikunyah, namun umumnya tidak untuk ditelan. Permen jenis ini memiliki kadar air yang relative tinggi (6 – 8 %). Bahan dasar utamanya tetap sukrosa dan sirup glukosa. Namun untuk membentuk tekstur yang chewy, biasanya dicampurkan lemak, gelatin, emulsifier dan bahan tambahan lainnya.

Mulut dan kelengkapannya seperti lidah dan gigi adalah alat perasa yang sangat sensitif, dan menjadi bagian yang berkontak langsung dengan permen kunyak yang dikomsumsi. Sangat mungkin, saat konsumen mengkomsumsi permen kunyah ada yang lengket digigi, rasa berpasir, terlalu keras, terlalu lembek dan lain sebagainya yang dapat memberikan tingkat kepuasan dan sensasi yang membedakan antara satu jenis permen dengan jenis yang lainnya. Permen kunyah juga dapat dijumpai dengan berbagai ragam rasa dan warna sangat menarik Selain itu pembuatannya juga dapat dilakukan dengan berbagai variasi teknologi, ada yang berbentuk padat, atau ada juga yang berisi cairan, baik berupa cokelat, sari buah dan lainnya. Salah satu parameter mutu yang sangat berperan dalam menampilkan karateristik permen kunyah adalah tekstur. Sensasi yang didapatkan saat mengkomsumsi permen kunyah pada dasarnya adalah perpaduan tekstur dan flavor. Dari tekstur bisa dirasakan sensasi kenyal, keras, lembut, empuk, atau alot dan lengket, halus atau kasar berpasir, dan lainnya. Selain itu permen kunyah dapat dibuat dengan berbagai cita rasa dan aroma yang ditambahkan, bahkan ada pula yang menambahkan sensasi dingin, menyengat dan sebagainya. Tekstur yang timbul sangat ditentukan oleh struktur kristal yang terbentuk, yang dapat diarahkan sesuai industri dengan cara mengatur komposisi bahan dan jenis aplikasi teknologi pembuatan yang digunakan. Pada hard candy proses kristalisasi dicegah sedemikian rupa dengan mengatur komposisi sukrosa dan sirup glukosa, sehingga setelah proses pemasakkan dan pendinginan terbatas, langsung dilanjutkan ke proses pencetakkan. Sedangkan proses pembuatan permen kunyah berbeda, di mana setelah proses pemasakan, dilakukan proses pendinginan, menggunakan cooling drum atau cooling table. Yang kemudian dilanjutkan dengan proses pulling/beating yang bertujuan untuk rekristalisasi. Pada teknologi modern, setelah proses pemasakan yang bersifat kontinyu, adonan akan langsung masuk ke rangkaian mesin selanjutnya yang berupa screw sangat besar yang dilapisi dinding pendingin. Di dalam mesin ini adonan akan menjalani proses pulling/beating sambil didinginkan, sehingga diharapkan terjadilah proses kristalisasi yang sempurna. Proses ini akan menghasilkan adonan bertekstur halus dan lembut. Jika dilihat dibawah mikroskop akan tampak kristal yang sangat halus ukurannya dengan penyebaran yang homogen.


3. Gum and Jellies


Jenis ini juga dikenal dengan hidrocolloid sweets. Kadar air gummy candy berkisar 15%, contoh candy ini adalah marshmallows, jellies dan gum drops. Hampir separuh dari produk sugar confectionery yang dijual di pasaran tergolong dalam jenis ini. Selain sukrosa dan glukosa, komponen yang penting dalam pembuatan jenis ini adalah komponen hidrokoloid seperti agar-agar, gums, gelatin, pektin dan pati yang juga digunakan untuk memodifikasi tekstur.

ke dalam mixer. Setelah itu adonan tersebut dimasukkan ke dalam “cooker extruder”, dimana adonan tadi akan mengalami tekanan dan pemanasan yang tinggi (sekitar 1000 psi/150 0C), dengan waktu transit dalam extruder sekitar 30 – 90 detik.
Adonan yang telah masak dan keluar dari ektruder akan berupa semacam tambang/rope, bergantung pada jenis head yang digunakan pada extruder, yang kemudian akan didinginkan di dalam cooling tunnel dengan menggunakan angin dingin. Setelah keluar dari coling tunnel, adonan tadi akan langsung masuk ke dalam mesin pencetak dan pengemas primer. Pemilihan jenis gum atau “gelling agent” sangat bergantung pada jenis permen yang akan dibuat, karena masing-masing memiliki karakteristik yang khas.


4. Toffee atau Karamel


Karamel atau toffee adalah produk “confectionery” yang dibuat dari bahan dasar gula, sirup glukosa, susu (umumnya susu kondensasi), lemak dan garam. Bahan–bahan dicampurkan dan dihomogenisasi sampai membentuk emulsi lemak dalam air (o/w) kemudian campuran didihkan sehingga terkondensasi membentuk massa dengan total padatan yang tinggi. Flavor dan warna asli toffee atau caramel selain disebabkan oleh proses karamelisasi gula (sukrosa) juga karena reaksi Maillard yang terjadi antara gula pereduksi dari sirup glukosa dengan protein susu.
Selain itu yang membedakan produk ini dengan produk hard candy (high-boiled sweets) adalah keberadaan susu dan lemak yang menyebabkan konsistensi dari produk ini lunak, plastis dengan kadar air yang lebih tinggi (7%-9 %) dibandingkan hard candy lainnya yang berkadar air 3 % dapat digigit atau dikunyah sehingga produk ini dapat juga disebut soft candy”. Saat ini tersedia berbagai bentuk caramel atau toffee dengan variasi bentuk, warna dan citarasa.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa toffee adalah sistim emulsi lemak dalam fase cair yang mengandung padatan terlarut seperti gula dan distabilkan oleh protein susu namun demikian system ini sangat komplek dan belum sepenuhnya diketahui. Protein sebagian besar berada diantara butiran atau globula lemak dan fase cair yang merupakan campuran air dan gula. Kondisi ini juga menyebabkan produk toffee tahan terhadap pengkristalan selama penyimpanan. Karateristik tekstur juga sangat beragam dan dipengaruhi berbagai faktor seperti, formulasi, dan proses. Secara umum yang diharapkan adalah konsistensi yang lunak, plastis sehingga dapat dikunyah (soft candy) tetapi tidak meleleh dan lengket. Kekerasan dipengaruhi oleh kadar air akhir produk, yang optimum biasanya 7-9% sedangkan kekenyalan dan keliatan dipengaruhi oleh jenis, konsentrasi gula dan glukosa sirup serta konsentrasi protein susu yang digunakan. Jika protein terlalu tinggi misalnya maka elastisitas meningkat dan ini menjadi masalah pada proses pencetakan atau pemotongan dan pengemasan.
Bahan dasar untuk pembuatan toffee sama dengan permen lainnya yaitu gula, sirup glukosa, protein susu, lemak, garam dan air. Penggunaan gula (disakarida) harus diperhatikan tidak boleh berlebih karena berdampak pada konsistensi produk yaitu pembentukan kristal dan butiran-butiran kecil selama penyimpanan. Rasio penggunaan gula (disakarida) dan glukosa sirup harus tepat. Rasio optimal adalah 1,1 : 1. Saat ini yang umum digunakan adalah gula pasir dengan penambahan sedikit molasses untuk menstimulasi pembentukan warna pada saat reaksi karamelisasi.
Pada pembuatan toffee, susu merupakan salah satu ingredientnya (bahannya). Protein susu selain berfungsi untuk bereaksi dengan gula pereduksi yang membentuk warna dan flavor, berfungsi pula sebagai emulsifier yang menstabilkan emulsi lemak dalam cairan gula dan mengikat air. Protein susu yang umum digunakan adalah susu kondensasi (sweetened  condensed milk). Susu segar jarang digunakan karena kadar air yang tinggi menyebabkan pemanasan yang lebih lama untuk mendapatkan konsistensi yang diinginkan dan selama proses penguapan air protein susu dapat terkoagulasi sehingga berpengaruh pada tekstur produk akhir.
Lemak yang digunakan dalam toffee selain mentega adalah berbagai jenis lemak nabati seperti minyak inti kelapa sawit (hardened) palm kernel oil (HPKO). Namun karena HPKO mahal biasanya dicampur minyak kedelai, kacang tanah dan lainnya yang telah dihidrogenasi. Bahan lain yang sebenarnya tidak essensial pada pembuatan toffee adalah garam. Namun garam memberikan efek flavor yang sangat menguntungkan karana toffee terasa hambar tanpa garam. Penggunaan garam biasanya sekitar 0.5 %.
Formulasi sangat bervariasi tergantung tujuan penggunaan toffee. Misalnya untuk candy yang dikemas satu persatu, atau dibungkus beberapa atau sebagai lapisan produk gula-gula lainnya atau biskuit. Namun secara umum formulasi dasar toffee atau caramel adalah tiga bagian gula, 5 bagian glukosa sirup, 3 bagian susu kondensat manis dan 1.5 bagian lemak. Untuk toffee yang dikemas satu persatu (gula-gula lunak) kadar air akhir sebaiknya 7% sedangkan yang digunakan untuk melapisi produk confectionery lainnya harus lebih lunak dengan kadar air yang lebih tinggi.


5. Cotton Candy


Cotton candy adalah salah satu jenis confectionery yang terbuat dari gula dan berbentuk menyerupai kapas, sangat populer di kalangan anak-anak. Produk tersebut banyak beredar secara tradisional di Indonesia terutama saat liburan rakyat atau karnaval, dengan nama yang lebih dikenal sebagai harum manis atau kembang gula. Walau dibuat secara sederhana, namun sesungguhnya cotton candy dikenal cukup luas oleh masyarakat Internasional. Namun peredaran cotton candy di masyarakat Internasional memiliki kesamaan dengan di Indonesia yaitu banyak dijual ditempat hiburan rakyat. Misalnya saja, cotton candy seolah telah menjadi cemilan yang tidak dapat dilupakan masyarakat Amerika saat menonton cirkus. Seperti halnya di Indonesia, cotton candy menjadi favorit anak-anak saat mengunjungi pekan raya atau hiburan pekan rakyat lainnya.

Biasanya cotton candy dikemas dalam plastik bening yang kedap uap air, yang merupakan polimer berberat molekul tinggi. Kemasan didisain dapat menghambat interaksi cotton dengan uap air, karena bisa menyebabkan kelengketan dan pengkerutan, sehingga merusak tekstur produk. Cotton candy mempunyai tekstur berserat lembut yang merupakan ciri unik dan tidak dimiliki oleh jenis produk confectionery lainnya. Tekstur tersebut terbentuk langsung dari gula yang digunakan dalam proses.
Pada awal pengolahan gula masih berbentuk kristal padat, namun ketika mulai dilelehkan, kristal-kristal tersebut akan berubah wujud dan saling bercampur, membentuk larutan kental dan sirup lengket. Sirup tersebut kemudian diputar dalam mesin pembentuk cotton candy. Mesin tersebut akan mendorong cairan menembus lubang-lubang kecil kearah luar yang akan membentuk dan mendinginkan gula cair, sehingga tercipta helaian serabut tipis yang kembali memadat.
Helaian tersebut kemudian dikumpulkan dengan menggunakan stick dan dikemas. Pengemasan harus dilakukan saling terpisah karena jika dikemas bersama-sama dapat menyebabkan kelengketan satu dengan lainnya, terutama jika cukup udara.
Sukrosa merupakan bahan terpenting yang digunakan dalam proses pengolahan cotton candy. Pada cotton candy gula bertanggung jawab terhadap struktur fisik, selain bertanggung jawab terhadap kemanisan dan mouthfeel. Gula yang dipergunakan dalam produksi cotton candy telah mendapatkan perlakuan terlebih dahulu, untuk mendukung pembuatan serat, dan disebut sebagai floss sugar. Selain gula diperlukan bahan pendukung lainnya, terutama pewarna dan flavoring. Pewarna yang sering ditambahkan dalam proses pembuatan cotton candy, diantaranya adalah red dye # 40, yellow dye #5, yellow dye #6, dan blue dye # 1. Pewarna tersebut harus memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan oleh FDA ataupun BPOM. Warna yang populer dipakai adalah warna pink dan kuning. Di amerika cotton candy tersedia dalam berbagai macam flavor, seperti buble gum, pisang, rasberry, vanila, melon, dan cokelat. Untuk menimbulkan flavor tersebut dapat digunakan flavoring agent (essence), baik yang artificial maupun natural. Natural flavor dapat diperoleh dari buah-buahan, berries, madu, molasses, dan malt. Sedangkan artificial flavor dapat berasal dari campuran komponen aromatik yang diproduksi melalui reaksi kimia secara sintetik. Beberapa komponen artificial flavor penting diantaranya adalah methyl anthranilate dan ethyl caproate.


E. PROSES PEMBUATAN CANDY


Secara umum proses pembuatan candy mudah dan sederhana. Proses pembuatan candy ada 6 tahapan penting (Gambar 14.10).

1. Penimbangan
Timbanglah bahan-bahan yang diperlukan sebelum membuat candy sesuai dengan formula/resep (termasuk air, pewarna dan perisa). Jangan menggunakan ukuran atau takaran yang tidak pasti misalnya gelas, sendok, mangkuk dan lain-lain.
2. Pelarutan atau pencampuran
Air diperlukan untuk melarutkan gula pada tahapan ini namun penggunaan air diusahakan sesedikit mungkin. Kemudian diaduk hingga homogen, kadang-kadang pemanasan awal diperlukan. Emulsifikasi ingredient dilakukan dengan pengocokan pada kecepatan tinggi. Lemak susu dan sirup glucose dicampur terlebih dahulu dan diemulsifikasi sebelum gula ditambahkan untuk menghindari terjadinya lapisan gula oleh lemak yang akan menghambat pelarutan gula. Jika telah teremulsifikasi seluruhnya dengan baik pengocokan diperlambat dan mulai dilakukan pemanasan sampai campuran mendidih dan terkondensasi. Pencampuran bahan-bahan pada pengolahan candy dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dengan tingkat teknologi yang dimiliki oleh industri. Cara yang paling sederhana adalah pencampuran dengan pengadukan, sedangkan yang paling canggih adalah system injeksi pada bagian tengahnya.
3. Pemanasan/pemasakan
Pada tahapan ini untuk mengetahui suhu akhir dari pemasakan perlu diketahui hubungan konsentrasi gula dengan titik didih (Tabel 14.2)
Tabel 14.2. Hubungan konsentrasi sukrosa (%) dengan titik didihnya.
Misalnya untuk mendapatkan kadar air produk 3% (berarti kadar gula berkisar 97%) maka pemanasan dilakukan sampai suhu mendidih sekitar 140 -150oC (merupakan titik akhir pemasakan). Untuk proses ini dibutuhkan termometer, juga pengadukan minimal (30–60 rpm). Proses pemanasan berlangsung tergantung jenis candy yang sedang diolah. Untuk hard candy sekitar 150oC, soft candy seperti toffee, permen kunyah sampai mencapai suhu 120 – 130oC dan dipertahankan sampai kadar air 7 - 9%.
Seperti halnya teknologi pencampuran, teknologi proses pencetakkan candy juga beraneka ragam, diantaranya adalah teknologi drop, rotary forming die head, depositing dan lollipop. Semua teknologi tersebut dapat disesuaikan dengan variasi bentuk yang diinginkan untuk menambah daya tarik terhadap konsumen, sehingga dibutuhkan seni untuk menghasilkan candy dengan bentuk yang menarik. Setelah dimasak permen akan menjadi kasar tanpa pembentukan kristal dan susah untuk dibentuk lebih lanjut, kecuali dengan menggunakan
alat atau mesin. Pada pembuatan permen ini harus dihindari terjadinya pembentukan kristal. Perbedaan tingkat kekerasan toffee dapat terjadi pada perbedaan suhu lebih kurang 0.5 oC. Penggunaan wajan yang berbeda akan menghasilkan produk yang berbeda walaupun perbedaannya kecil. Dianjurkan melakukan beberapa percobaan untuk menentukan pemasakan yang tepat. Alternatif lain tekstur toffee dapat diamati dengan mengukurnya menggunakan penetrometer. Ini biasaanya dilakukan selama beberapa jam dengan suhu yang konstan. Dalam arti lain pengamatan rutin terhadap tekstur mungkin akan lebih tepat dilakukan dari pada penentuan susu dari pada parameter lainnya Selama proses pemanasan dan pendidihan akan terjadi reaksi Millard dan pada suhu yang lebih tinggi akan terjadi karamelisasi. Keduanya berkontribusi pada pembentukan flavor dan warna produk candy khususnya ini sangat diharapkan pada toffee/karamel. Karamelisasi (pencokelatan) akibat pemanasan gula dan reaksi Maillard (pencokelatan) terjadi reaksi antara grup amino dan hidroksi. Selama proses juga terjadi konversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (gula invert).
Selain peralatan dengan sistem “batch”, saat ini tersedia peralatan sistem kontinu yang memungkinkan proses berlangsung secara kontinu mulai dari emulsifikasi, pemasakan sampai pencetakan dan pengemasan. Peralatan tersebut dilengkapi dengan system pengaturan dan pengamatan suhu sehingga proses lebih mudah dikontrol untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang diinginkan.
4. Pendinginan
Setelah titik akhir tercapai adonan gula segera dipindahkan ke wadah lain sambil didinginkan. Tambahkan bahan-bahan lain (pewarna, perisa, asam dan lain-lain) secara bertahap sambil diaduk perlahan. Pada pembuatan toffee, setelah pendidihan selesai sumber panas dimatikan dan sesegera mungkin campuran dikeluarkan dari wajan untuk menghindari proses karamelisasi lanjutan dan kemudian didinginkan. Campuran diletakkan diatas nampan atau lempengan stainless steel dan didinginkan sampai konsistensi memadat atau suhu 40 -43oC kemudian dipotong bentuk lempeng atau digunakan sebagai pelapis pada produk gula-gula lainnya yang dibentuk menjadi bentuk batang. Tetapi saat ini sebagian besar dibentuk dan dikemas satu persatu sebagai gula-gula. Saat ini proses pemotongan dan pengemasan dilakukan bersamaan pada unit pengolahan yang sama.
5. Pencetakan
Pada saat sirup menjadi plastis (mengental karena dingin) pencetakan dapat dilakukan. Setelah pencetakan pendinginan dilakukan lebih lanjut sehingga dihasilkan produk yang keras. Tahapan ini kelembaban udara dijaga rendah agar produk tidak menyerap air.
6. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk dan memperbaiki penampilan. Syarat kemasan yang baik :
• Tidak dapat ditembus gas
• Dapat dikelim dengan panas
• Tidak dapat ditembus cahaya
• Plastis
• Tahan tekukan
• Tahan gesekan
• Dapat dicetak
• Menarik
Bahan kemasan yang paling banyak pada produk candy adalah plastik polipropilene (pp) dan polivinil klorida (pvc). Tahapan proses pengolahan candy tidak sama pada semua jenis candy. Cotton candy dan jenis candy kristalin berbeda dengan candy non kristalin seperti diatas. Pada bagian dibawah ini akan dijelaskan pengolahan cotton candy sedangkan fondant dan fudge dijelaskan pada bagian cokelat.
a. Tahapan Pengolahan Cotton Candy
Khusus untuk cotton candy berbeda tahap atau proses pengolahan dengan jenis candy non kristalin (hard candy, soft candy, permen kunyah, gum, jelli dan karamel). Secara umum ada dua tipe mesin yang sering digunakan dalam pembuatan cotton candy, yaitu yang semi automatic dan fully automatik. Mesin semi automatik sering digunakan oleh pedagang di hiburan rakyat, pasar malam, karnaval, atau tempattempat circus. Mesin tersebut memproduksi cotton candy persatuan untuk dijual secara cepat. Sedangkan mesin yang fully automatik digunakan untuk meproduksi cotton candy dalam skala besar dengan daerah distribusi yang lebih luas. Namun secara prinsip keduanya adalah sama. Berikut adalah tahap-tahap pengolahan pembuatan cotton candy:
1). Pemerosesan Gula.
Langkah pertama dalam pembuatan cotton candy adalah mengkonversi granula gula kedalam vilamen halus. Untuk melakukan tersebut, kristal gula ditempatkan dalam wadah stainlessteel yang besar. Wadah tersebut meruncing pada bagian bawah yang mendorong gula ke ekstruder. Ekstruder tersebut berupa selinder metal yang berotasi dan memiliki banyak lobang diantara sisinya, serta dilengkapi dengan elemen pemanas.
Di dalam ektruder, gula dipanaskan hingga meleleh dan menjadi cair. Ekstruder berputar kemudian melemparkan cairan gula kesegala arah menembus lubang yang terdapat pada bagian sisi. Setelah keluar dari ekstruder, cairan gula menjadi dingin dan membentuk untaian padat. Untaian tersebut merupakan serat untuk membuat cotton candy dan dikumpulkan dalam panci besar sekitar ekstruder. Untuk mencegah coagulasi, maka kelembapan dibuat seminimal mungkin selama proses pengolahan.
2). Pembentukan Candy.
Pada mesin skala kecil, pengumpulan untaian cotton candy dilakukan oleh operator mesin, seperti yang banyak ditemukan pada pembuatan cotton candy dihiburan rakyat. Operator tersebut biasanya menggunakan stick (tongkat kecil) yang terbuat dari karton dan menggulungkan untaian diantaranya sehingga terbentuk cotton seperti kumpalan kapas. Setelah jumlahnya cukup cotton candy tersebut dijual ke konsumen saat itu juga. Hal tersebut agak berbeda dengan mesin cotton candy fully automatic. Pada mesin tersebut untaian cotton candy didorong kedalam sabuk konveyor dan kemudian ditransfer kedalam sizing container. Di tempat ini untaian candy dikombinasikan menjadi bundle yang kontinyu.
Dalam sizing container,bundle cotton candy dicetak dalam bentuk yang consisten. Pembentukan dilakukan oleh rollers yang ditempatkan pada bagian atas dan sisi konveyor. Untuk mencegah kelengketan cotton candy pada roller, biasanya alat tersebut dilapisi oleh bahan anti lengket, misalnya teflon. Sehingga ketika cotton candy keluar dari sizing container, bentuknya sudah sesuai dengan yang diharapkan, dan memiliki ukuran (panjang dan lebar) tertentu. Proses pembentukan tersebut dilakukan dengan kekuatan minimum, sehingga candy tidak tertekan terlalu banyak yang dapat mengakibatkan perubahan karakter tekstur.
3). Pemotongan.
Setelah proses pencetakan cotton candy diarahkan ke konveyor yang memiliki mata pisau, dimana cotton candy tersebut dipotong menjadi bagian-bagian yang telah diset sebelumnya. Pisau tersebut dibuat vertikal diatas konveyor, dan ketika cotton candy melewatinya pisau tersebut akan bergerak kebawah untuk memotong, dan mencabut dengan sendirinya secara otomatis ketika cotton candy bergerak meninggalkan conveyor. Agar candy tidak berobah bentuk dan lengket pada pisau, produk tersebut kemudian dilewatkan ke roller lain dengan segera setelah pemotongan.
4). Pengemasan.
Setelah terpotong cotton candy ditransfer ke mesin pengemasan. Di bagian ini cotton candy dikemas secara otomatis kedalam kantong plastik atau kemasan lainnya. kemudian ditutup dengan sangat rapat. Sangat penting untuk memastikan kemasan tersebut dikelim dengan cepat untuk mencegah uap air yang dapat merusak candy. Di Amerika kemasan cotton candy telah dilengkapi dengan label yang berisi informasi lainnya. Kemasan yang telah berisi cotton candy tersebut lalu secara hati-hati diletakkan dalam pallet kayu untuk melindunginya selama distribusi menggunakan truk. Keseluruhan proses tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pengemasan harus dilakukan saling terpisah karena jika dikemas bersama-sama dapat menyebabkan kelengketan satu dengan lainnya, terutama jika cukup udara
5). Prospek Industri Cotton Candy.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, cotton candy sudah sangat dikenal, terutama oleh anak usia SD. Saat ini, di Indonesia industri yang memproduksi secara massal cotton candy masih sangat sedikit. Anak-anak mendapatkan cotton candy pada saat ada hiburan rakyat, atau pedagang keliling yang sering lewat didepan perumahan atau sekolah. Pada hal di Amerika produksi dan distribusi cotton candy secara luas sudah dipercaya. Tentunya akan menjadi peluang bagi industri pangan untuk menyediakan cotton candy yang lebih berkualitas dengan kemasan yang sangat menarik bagi anak-anak. Keuntungannya adalah selain proses yang sederhana dan mesin yang tersedia produk tersebut akan tergolong inovasi baru,namun sudah dikenal sebelumnya.


F. PENGONTROL DAN ANALISA MUTU


Sebagaimana industri pangan lain quality control dimulai dari pada pengecekan bahan baku dan ingredient yang masuk. Barangbarang tersebut diuji di laboratorium quality control untuk menjamin kesesuaian dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengujian meliputievaluasi karakter fisik ingredien, misalnya ukuran partikel, penampilan, warna, aroma dan rasa. Beberapa karakteristik kimia yang perlu di evaluasi setiap industri pengolahan memiliki standar masing-masing untuk menghasilkan candy yang berkualitas. Selain ingredian, bahwa kemasan juga perlu diinspeksi spesifikasinya. Pengujian yang perlu dilakukan adalah kemungkinan kemasan berbau dan mengkontaminasi produk, karena sering timbul out off odor yang disebabkan bahan kemasan yang digunakan. Untuk mencegah hal tersebut sangat penting untuk mendeteksinya sebelum digunakan untuk mengemas produk. Pengujian lain yang penting adalah memastikan, laju moisture vavor transmission kemasan, karena candy sangat sensitif terhadap kelembapan udara. Selain itu, grease resistanse dan penampilan fisik patut menjadi pertimbangan. Setelah proses produksi, karakter akhir produk juga harus dimonitor secara hati-hati. Bagian quality control perlu melakukan beberapa pengujian yang mirip dengan tes terhadap ingredien awal. Pengujian tersebut meliputi, penampilan candy, kadar air, struktur molekul, flavor, dan tekstur. Metode yang biasa digunakan adalah membandingkan produk akhir dengan standart yang telah ditetapkan. Misalnya untuk memastikan bahwa kwalitas warna sudah sesuai, dilakukan sampling acak dan membandingkan dengan standar yang sudah ada. Karakteristik kadar air, penetrasi, struktur molekul, dan tekstur dapat dilakukan mengunakan uji objektif (dilaboratorium) dan uji subjektif/sensory. Karakteristik kualitas lainnya, seperti rasa, tekstur, dan aroma dapat dievaluasi menggunakan uji sensori. Panel uji tersebut terdiri dari panelis terlatih yang dapat menentukan perbedaan yang kecil sekalipun. Adapun karakteristik yang diuji objektif adalah sebagai berikut:

1. Kadar air.
Salah satu parameter yang diukur saat proses pembuatan permen adalah kadar air. Selain menentukan keras lembeknya adonan, kadar air juga menentukan umur simpan produk.
2. Penetrasi.
Selain faktor kadar air, kekerasan adonan juga ditentukan oleh faktor-faktor lain, seperti sifat rekristalisasi yang terjadi, karena itu perlu dilakukan analisa lanjutan, setelah didapatkan angka kadar air. Untuk lebih mendapatkan tingkat kekerasan yang akurat, selain dengan mengatur kadar air, maka adonan yang terbentuk akan diukur kekerasannya dengan menggunakan alat yang dinamakan “penetrometer”. Cara kerja alat ini adalah dengan membuat sediaan dalam diameter tertentu dan ketebalan tertentu, kemudian sediaan ini akan di
simpan dalam box khusus untuk mendapatkan suhu yang stabil. Setelah stabil, adonan ini diletakkan dibawah jarum penetrasi alat tersebut. Kedalaman jarum dalam menembus adonan akan direkam dan setelah dilakukan beberapa kali ulangan akan diplotkan dalam bentuk grafik, yang akan dibandingkan dengan standar yang ada. Dari gambar yang terbentuk dengan mereferensi pada kadar air tertentu akan bisa dianalisa untuk mendapatkan tingkat kristalisasi yang terjadi.

3. Struktur molekul
Untuk lebih memastikan bentuk, besar dan densitas kristal yang terbentuk biasanya juga dilakukan dengan melihat struktur adonan dibawah mikroskop.
4. Tekstur Analyzer
Alat yang cukup canggih ini berguna untuk menstimulasi apa yang dirasakan mulut atau gigi dalam mengunyah permen Biasanya analisa dilakukan untuk produk akhir atau juga proses tahap-tahap tertentu yang pada akhirnya menentukan tekstur yang akan terbentuk.
Umumnya alat tersebut akan dihubungkan dengan PC. Sehingga profil yang terjadi saat proses simulasi berlangsung dapat dipantau dari monitor dan bisa langsung dibandingkan dengan standar yang diinginkan. Dengan banyaknya sampling dan pengecekan yang dilakukan akan dapat dibuat standar yang dicoba untuk menggambarkan sedekat mungkin kondisi yang diinginkan saat mengunyah permen .


G. BAHAN PENGEMAS CANDY


Makanan yang disimpan dalam keadan terbuka akan segera mengalami kerusakan-kerusakan karena proses biologi, kimia dan fisik. Wadah dan pengemasan mempunyai peranan penting dalam pengawetan bahan, perlindungan terhadap mutu produk yang ada di dalamnya,  perlindungan terhadap kontaminasi dari luar dan perlindungan bahan terhadap kerusakan-kerusakan yang lain. Beberapa persyaratan bagi kemasan makanan yang perlu dipertimbangkan adalah permeabilitas terhadap udara, tidak dapat menyebabkan penyimpangan warna produk, tidak bereaksi sehingga tidak merusak bahan maupun citarasanya, tidak mudah teroksidasi atau bocor, tahan panas, mudah dikerjakan dan harganya murah.
Yang juga tidak boleh dilupakan adalah kesempurnaan proses pengemasan dan kesesuaian bahan kemasan yang dipakai. Selain diperlukan disain kemasan yang kreatif dan menarik, jenis dan komposisi bahan kemasan juga sangat penting dalam menjaga mutu produk akhir selama masa pemasaran sampai dikomsumsi pelanggan. Meskipun permen tidak terlalu sensitif terhadap mikroorganisma karena kandungan gulanya yang tinggi, namun tetap diperlukan pemakaian bahan kemasan yang sesuai khususnya untuk memproteksi dari kondisi udara sekitar, agar tidak terlalu mudah menyerap ataupun kehilangan kandungan air. Hal ini mencegah perubahan tekstur yang ekstrim karena pengaruh lingkungan.
Untuk jenis hard candy, tipe pengemas yang digunakan adalah kemasan individual. Tipe ini akan melindungi permen dari terbentuknya butiran-butiran atau kelengketan karena penyerapan uap air dari atmosfer. Bahan pengemas untuk permen meliputi foil yang dilapisi LDPE, PVDC, selophan, plastik polietilen serta paduan aluminium foil dan kertas glasin (Wax paper). Aluminium foil merupakan salah satu jenis kemasan fleksible dengan kemurnian aluminium tidak kurang dari 99,45%, 0,45% besi, 0,1% silikon dan mempunyai ketebalan kurang dari 0,152 mm, kedap cahaya, air, gas, kontaminasi kimia maupun mikrobiologis, serta mencegah kehilangan aroma maupun flavor dan oksidasi produk. Kelemahan
menggunakan plastik yaitu mempunyai permeabilitas yang tinggiterhadap gas organik dan oksigen, maka masih mungkin bahan akan teroksidasi dan mengalami kerusakan .

Kemasan yang baik dapat mendukung shelf life optimal produk. Candy secara umum jika di produksi secara tepat dan dikemas dengan sempurna akan memiliki umur simpan (shelf life) yang tinggi karena tinggi kadar gula, namun cotton candy memiliki shelf life sekitr 6 bulan.


H. COKELAT


1. Proses Pembuatan Cokelat.
Cokelat merupakan makanan yang banyak disukai baik olah anak-anak, remaja maupun dewasa. Cokelat selain kaya gizi, juga merupakan antioksidan. Cokelat dikenal mempunyai karakteristik tekstur dan flavor yang khas dan karena itu cokelat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Cokelat juga merupakan ingredient yang sangat populer dan banyak digunakan pada berbagai jenis produk seperti es krim, candy, cake, pastry, roti, dan lain-lain.
Pengolahan biji cocoa menjadi cokelat liquor itu merupakan proses yang panjang. Buah cocoa – biji cocoa – fermentasi – pengeringan – pembersihan – penyangraian – pemecahan dan pemisahan – pemisahan lembaga dan kulit biji – penggilingan – cocoa mass – cokelate liquor. Dari cokelat liquor dengan proses yang berbeda akan dihasilkan produk cocoa yang dapat berupa cocoa powder, cocoa butter, dan cocoa liquor, sweet chocolate. Cokelat dibuat dengan cara :

Cita rasa cokelat tidak hanya terbentuk pada saat proses penyempurnaan cita rasa tapi juga sudah mulai terbentuk pada proses pengecilan ukuran atau penghalusan. Penambahan sakarosa dalam bentuk kristal dapat mengontrol cita rasa/flavor cokelat selama pencampuran, penghalusan dan penyempurnaan cita rasa. Cokelat dihaluskan pada tingkat yang sangat tinggi, sehingga memiliki rasa yang sesuai yang dapat diperoleh dengan proporsi sakarosa yang lebih tinggi.
Pada proses conching ukuran partikel gula dan cocoa menjadi lebih kecil lagi sehingga tidak dapat dideteksi oleh lidah, dan terasa lembut dimulut. Proses conching yang tidak sempurna dapat menimbulkan rasa atau aroma masam dalam produk akhir. Pengadukan yang intensif sangat diperlukan untuk menghasilkan luas permukaan produk sebanyak mungkin. Penambahan lesitin saat proses conching juga memberikan manfaat tersendiri untuk menghancurkan dan dapat menjebak lemak ketika dilepas.
Proses selanjutnya adalah Tempering. Kristalisasi tanpa kontrol akan menghasilkan cocoa butter dengan ukuran partikel yang tidak seragam. Pada tahap ini cokelat dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi, dibentuk, kemudian didinginkan. Pendinginan harus dilakukan secara sistematik dan hati-hati agar dapat terbentuk kristal yang paling stabil. Pembentukan kristal cocoa butter yang stabil akan dapat mencegah timbulnya fat bloom yaitu gajala yang dapat menurunkan kualitas cokelat khususnya pada produk cokelat batangan yang merupakan produk cokelat yang secara teknis paling membutuhkan control proses yang sangat cermat.
Penambahan gula pada cokelat liquor akan menghasilkan sweet chocolate, sedangkan penambahan gula dan susu menjadi milk chocolate. Pemisahan lemak dari cokelat liquor akan menghasilkan cokelat butter (pada titik cair 30 – 36oC) dan cocoa powder.
2. Macam-Macam Produk dari Cokelat
Seperti disebutkan diatas bahwa cokelat banyak digunakan sebagai ingredient pada produk patiseri. Cokelat pada produk patiseri dapat sebagai bahan utama dan juga sebagai bahan tambahan. Permen cokelat merupakan produk patiseri berbahan utama cokelat sedangkan fudge dan glaze cokelat sebagai pelapis. Cokelat juga dapat sebagai penghias produk patiseri (lihat pada bab Menghias Kue)
a. Permen Cokelat atau Praline
Permen cokelat sangat disukai baik oleh orang tua, remaja apalagi anak-anak. Untuk membuat permen cokelat atau praline tidak begitu sulit dan tidak memerlukan peralatan yang rumin, adapun cara membuat adalah sebagai berikut :
Bahan :
• Cokelat blok yang dark dan white
• pewarna cokelat, khusus untuk permen, bahan dasarnya minyak
• kacang mete, selai, krim, dan lain-lain untuk isian praline.
Alat :
• cetakan khusus untuk permen cokelat
• plastik segi tiga
• stik lolipop dan kemasannya,
• es batu dan wadah, untuk ditaruh di bawah cetakan sehingga cokelat cepat beku
Cara membuatnya :
1). Potong cokelat blok, kemudian masukkan ke dalam wadah tahan panas atau ke dalam plastik segitiga (mengetim atau mencairkan cokelat), masukkan ke microwave (tanpa menggunakan microwave juga dapat dilakukan/lihat cara mengetim cokelat), panaskan selama 1,5 menit.

5). Tuangkan cokelat warna ke dalam cetakan. Untuk membuat lollipop harus menggunakan tangkainya. Misalnya membuat lollipop bunga dengan motif kuning dan pink. Pertama warna kuning ditaruh dalam cetakan tunggu hingga keras (dengan adanya es batu dibawah cetakan cokelat waktu menunggu cokelat keras lebih cepat) kemudian baru dituang dengan warna lain, kemudian selipkan stik/batang lolipop. Hati-hati juga dengan stik kadang suka terangkat, untuk menahan stik supaya tetap pada tempatnya diperlukan mangkok-mangkok
atau benda lainnya di tepi cetakan itu fungsinya menahan stik. Usahakan stik lolipop tetap melekat erat sampai cokelat cukup keras untuk dipindah ke kulkas/lemari es.

6). Setelah stik kuat tertanam pada cokelat, pindahkan cetakan cokelat beserta isinya ke lemari pendingin (kulkas) biarkan selama 10-15 menit. Keluarkan cokelat dengan hati-hati dari cetakan.

Fudge adalah sejenis candy yang memiliki tekstur lebih lunak (semisoft candy) terbuat dari campuran butter, gula, krim dan perasa, khususnya cokelat dan kacang. Pengertian lain dari Fudge adalah krim pengoles atau pengisi lapisan kue. Biasanya jenis cokelat yang dipakai adalah cooking cokelat atau bake cokelat. Sebelum diolah cokelat harus dilelehkan terlebih dahulu dengan cara ditim. Kemudian tambahkan lemak (mentega, margarin, shortening), rum dan tepung gula.
Fudge dapat digunakan untuk melapisi cake, permen, roti ataupun pastry.
Cara pembuatan :
• Cetakan/ loyang di poles dengan minyak salada
• Susu, gula, krim, cokelat dan butter di panaskan sampai kepada suhu yang dianjurkan.
• Rendam panci berisi campuran cokelat kedalam air es, sambil campuran tersebut diaduk menggunakan sendok kayu.
• Masukkan kedalam cetakan, dinginkan.
• Fudge siap untuk dipotong
c. Cokelat Glaze
Cokelat glaze dapat dibuat dengan mencampurkan air, gula dan cokelat blok (cooking cokelat), dengan cara sebagai berikut :
Cokelat blok yang telah diiris halus dicairkan diatas panci dengan cara mengetim. Sementara cokelat dicairkan air dan gula direbus sampai 115oC, lalu didinginkan, setelah itu masukkan kedalam cokelat cair. Ketika glazes mulai mengental dan masih hangat tuangkan di atas permukaan atau sisi kue. Apabila telah dingin glaze cokelat akan mengeras
dan memberikan hasil yang mengkilap pada kue.
Perlu diingat bahwa selama mengetim atau melelehkan cokelat, hindarkan cokelat dari air meskipun hanya 1 tetes. Karena cokelat bisa menggumpal dan warnanya akan buram. Untuk itu seharusnya wadah air lebih kecil daripada wadah cokelat, untuk menghindari cipratan air masuk ke dalam cokelat. Kemudian, begitu air mendidih segera matikan api dan aduk terus cokelat hingga semua cokelat mencair, karena kalau suhu terlalu tinggi cokelat putih bukannya mencair tapi malah menggumpal.
Penting untuk diperhatikan perlakuan terhadap berbagai jenis/warna cokelat pada saat mengetim:

4. Metoda Mencairkan ”Couverture” (Cokelat Masak)
Couverture dipanaskan menggunakan sistem bain marie. Saat itu lemak cokelat menjadi cair dan menjadikan lelehan cokelat yang baik. Bila dipanaskan terlalu tinggi (lebih dari 50°C) akan terjadi gumpalan terutama pada milk dan white couverture, karena protein susu hancur, tidak dapat digunakan lagi (terjadi koagulasi protein susu). Couverture atau cokelat jenis lainnya tidak boleh dipanaskan secara langsung dengan sumber panas karena akan mudah gosong
a. Metoda Tablier
• Couverture dipanaskan hingga 45ºC.
• Sepertiga adonan dituangkan kemeja marmer dan diaduk dengan spatula hingga suhu turun/lebih kental.
• Sebelum mengeras adonan dimasukkan kembali ke dalam waskom (sisa cokelat) aduk merata. Kemudian pengecekan suhu 26 – 28°C.
Apabila cokelat masih hangat, tuangkan sedikit cokelat ke meja marmer dan lakukan pengulangan. Apabila terlalu kental/suhu terlalu rendah, waskom berisi cokelat dapat direndam beberapa detik di air panas untuk mendapatkan suhu siap pakai (working temperatures)
b. Metoda Penyuntikan
• Couverture yang telah dipanaskan (45ºC) ditambah dengan irisan tipis couverture kurang lebih 5 – 10 % dari jumlah keseluruhan adonan ( Mis. Untuk 1 kg couverture diperlukan tambahan 75 – 100 gr cokelat irisan). Cokelat diaduk dengan kuat sampai seluruhnya mencair. Pada waktu itu suhu keseluruhan adonan akan turun.
• Melalui cara ini bisa didapatkan suhu couverture yang sesuai dengan keinginan.
c. Tempering dengan Microwave
• Couverture ditempatkan pada wadah khusus untuk Microwave.
Adonan dipanaskan dengan daya rendah hingga sebagian mencair. Bentuk cokelat akan tampak seperti utuh tetapi bagian dalam sudah mencair .

• Bila suhu yang diinginkan tercapai, aduk Couverture dengan kuat.
• Tempering dengan Microwave sangat mudah, namun dibutuhkan pengalaman untuk dapat melaksanakannya.
d. Metoda Balok (Block method)
Metoda ini cocok untuk jumlah cokelat yang sedikit.
• Seperti pada metoda ”seeding” tambahkan kedalam adonan cokelat hangat 1 balok/ bongkah cokelat.
• Kemudian aduk hingga mencapai suhu yang diinginkan.
• Angkat sisa balok cokelat yang tidak meleleh.
• Periksa suhu cokelat
e. Metoda Air dingin (Cold water method)
• Mendinginkan cokelat dengan cara menyimpan tempat berisi lelehan cokelat dalam air dingin.
• Suhu adonan cokelat akan cepat turun
• Kemudian lakukan pengecekan suhu.
Metoda ini tidak pernah direkomendasikan oleh Industri/pabrik cokelat, karena kualitas hasil proses tempering tidak terlalu baik. Dan air akan mudah mengenai cokelat. Jadi metoda ini dilakukan hanya untuk keadaan darurat.
Pedoman untuk pengolahan lanjutan
• Gunakan hanya Couverture yang telah ditemper dengan baik.
• Sebelum penggunaan Couverture, buat sampel kekakuan/ kepadatannya.
• Setelah pemanasan kembali, selalu diaduk dengan baik.
• Couverture yang kental, jangan diaduk terlalu kuat (hilang tingkat keenceran karena adanya gelembung udara yang masuk).
• Jangan gunakan peralatan yang panas (pisau, garpu, pencelup, Cetakan, dll).
• Jenis-jenis yang dibuat atau dilapisi Couverture, tidak boleh mengalami perubahan suhu yang terlalu drastis.
• Jauhkan Couverture dari kelembaban atau cairan.
• Hasil pencelupan harus tersimpan pada tempat yang cukup sejuk.
• Bila berdasarkan aturan harus digunakan Couverture, maka tidak boleh ada penambahan lemak selain lemak nabati.
5. Teknik Pencelupan, Pelapisan dengan cokelat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pencelupan bahan dengan menggunakan cokelat adalah sebagai berikut:

a. Pelapisan yang bersih
Pelapisan yang bersih dan baik tergantung pada beberapa hal, yaitu: Couverture yang bersuhu tepat: untuk melapisi dengan Couverture harus benar-benar tepat proses temperingnya.
b. Suhu bahan yang akan dilapisi
Bahan yang akan dilapisi akan mendapatkan hasil yang mengkilap, bila bahan tersebut bersuhu hangat. Namun suhu tidak boleh melebihi 27º C karena Couverture tidak dapat mengeras dengan cepat.
c. Suhu ruangan
Sebaiknya lebih kurang 18-22º C. Perbedaan suhu antara ruangan dengan Couverture tidak boleh lebih dari 10º C. Pencelupan/pelapisan tidak boleh dilakukan berdekatan dengan sumber panas.

6. Pengisian Cetakan Berongga
Untuk membuat cokelat berongga, diperlukan cetakan berongga. Tidak tergantung pada bahannya (Plastik, Metal),kondisinya harus selalu bersih dan halus. Pembersihan dilakukan dengan kapas.
Cara membuatnya Kedua sisi cetakan disatukan dengan penjepit.
Isi dengan Couverture.
• Diketok-ketokan agar gelembung udara bisa keluar.
• Diamkan sampai permukaan mengeras pada cetakan. Untuk lapisan permukaan yang lebih tebal bisa dilakukan pengisian kedua.
• Bila permukaan telah mengeras, keluarkan kelebihan Couverture yang masih cair.
• Dinginkan di lemari pendingin, kemudian lepaskan penjepit.
• Keluarkan hasil dari cetakan dengan hati-hati dan letakan (bagian yang masih terbuka) pada lapisan Couverture untuk membentuk dasar.
• Setelah mengeras, potong kelebihan Couverture dengan pisau hingga permukaan hasilmenjadi halus.
7. Cokelat Semprot
Cokelat semprot ini sangat cocok digunakan untuk menghias berbagai ornamen dengan menggunakan kantong penyemprot dari kertas minyak. Untuk pembuatan adonan penghias ini, campurkan Couverture dengan cairan (Susu kental, Gula cair, Rum) hingga diperoleh konsistensi yang tepat untuk menyemprot. Dengan pengocokan yang kuat akan didapatkan tingkatan yang lentur dan tidak mudah putus (garis hasil semprot).
Cara membuatnya
• Tambahkan sedikit cairan pada Cokelat yang dilunakkan. Dengan cara ini adonan menjadi cairan yang kental. Untuk jumlah yang lebih besar, gunakan mixer tangan. Saat mengocok, campuran ini harus dalam keadaan hangat, agar tidak timbul buih dan warna yang berubah.
• Adonan dikocok terus sampai tercampur rata.
• Tambahkan cairan lagi hingga terbentuk adonan cair yang kental dan menyatu. Konsistensinya bisa diatur melalui jumlah cairan yang ditambahkan. Saat terakhir, kocok dengan tangan menghindari adanya Belembung udara, yang akan mengurangi kemampuan penyemprotan.
Cokelat semprot dapat disimpan. Melalui pemanasan dengan ”Bain Marie”, bisa dibuat cair kembali untuk disemprotkan.




I. MENYIMPAN PRODUK COKLAT


Berbagai produk coklat sebaiknya disimpan dengan suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari. Jika coklat harus disimpan di lemari es sebaiknya dalam keadaan tertutup. Hal ini menghindari coklat terkena tetsan air selama proses penyimpanan. Jika produk ini terkena embun selama penyimpanan di lemari es, akan merusak tampilan pada coklat. Hal ini disebabkan karena, butiran air yang menmpel membuat coklat menjadi kusam dan menoilkan lapisan yang tidak diinginkan.
RANGKUMAN
Permen (boiled sweet) merupakan salah satu produk pangan yang digemari. Sebagai produk confectionery, candy dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan bahan bakunya, yaitu sugar confectionery dan chocolate confectionery. Sugar confectionery bahan bakunya berbasis gula, sedangkan chocolate confectionery merupakan candy dengan basis bahan baku cokelat.
Bahan utama pembuat candy adalah sukrosa, sirup glukosa, lemak (butter), asam sitrat, air dan bahan tambahan adalah flavor, pewarna, pemanis buatan. Sedangkan bahan pembuatan cokelat adalah coklet dan penambahan isi. Beberapa jenis cokelat yang sering digunakan adalah : couverture chocolate, compound chocolate, cokelat bubuk, dark cooking chocolate, milk cooking chocolate, white chocolate, coating chocolate
Proses pembuatan candy dan coklat secara umum sama yaitu penimbangan, pencampuran, pemasakan, pendinginan, pencetakan dan pengemasan. Macam-macam produk cokelat adalah praline, fudge dan coklat glaze. Penyimpanan produk cokelat pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari.



Diambil dari :http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_XIV_CANDY_DAN_PRODUK_COKELAT_ANNI

1 komentar:

  1. CV Bahagia Sukses Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor, vendor dan juga jasa jual dan sewa berbagai jenis tenda. Tenda yang kami sediakan adalah jenis tenda dengan kualitas terbaik dengan harga yang terjangkau, Dengan tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam membuat dan memasang tenda.
    Salah satu tenda yang kami sediakan adalah tenda Sarnafil / kerucut. Jenis tenda ini adalah tenda promosi, event, maupun bazar. Dengan bentuk atap kerucut sisi dinding PVC 410 gsm balackout yang dapat ditutup dan dibuka.

    Tenda sarnafil menggunakan rangka alumunium sedangkan tenda kerucut menggunakan kerangka besi. Jenis kerangka ini tahan terhadap karat.

    Tenda jenis ini dapat digunakan untuk :

    - Berbagai kegiatan promosi / event.

    - Bazar, Seminar dan Pameran.

    Desain tenda sarnafil dapat disesuaikan dengan keinginan anda dan tersedia berbagai ukuran yaitu 3m x 3m, 4m x 4m, 5m x 5m dengan tinggi tiang kaki 2m s/d 2,5 m.



    Perusahaan kami telah berpengalaman dalam Membuat berbagai macam tenda. Silahkan hubungi 0811 1252 0824 RAHMA

    Office: Ruko Cendana Raya No. 15A, Bencongan Indah, Karawaci Tangerang.

    SENIN - SABTU / 08.00 - 17.00

    Anda juga dapat menghubungi kami di :

    https://tendagudangjakarta.blogspot.com/

    https://tendagudangbogor.blogspot.com/

    Twitter : @TangerangRoder

    Instagram : @tendapameranjakarta

    Instagram : @tendagudangjakarta

    SHOPEE : @https:tendarodertangerang

    TOKOPEDIA :@partisipameran23

    BalasHapus