Rabu, 26 Juni 2013

Kulit dan Sisik Ikan sebagai Sumber Kolagen

Kegiatan industri perikanan sejak di tempat pendaratan ikan (TPI) hingga ke tempat pengolahan ikan umumnya selalu menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah cair biasanya berupa darah, lendir, drip, dan lemak. Sedangkan limbah padat organik kebanyakan berupa kepala, insang, isi perut, tulang, sirip, kulit dan sisik.

Selama ini limbah-limbah tersebut hanya dimanfaatkan untuk bahan baku tepung ikan jika tidak dibuang langsung dan mencemari lingkungan, padahal jika diolah lebih lanjut dapat menghasilkan bahan yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi seperti halnya kolagen.

Sumber kolagen pada ikan banyak terdapat pada kulit dan sisiknya. Sisik ikan banyak mengandung senyawa organik antara lain protein sebesar 41-84% berupa kolagen dan ichtylepidin. Berdasarkan penelitian Nagai et.al (2004), komponen yang terdapat pada sisik ikan antara lain adalah 70% air, 27% protein, 1% lemak, dan 2% abu. Senyawa organik terdiri dari 40-90% pada sisik ikan dan selebihnya merupakan kolagen. Saat ini sisik ikan dalam jumlah besar dapat diperoleh dari limbah buangan penjualan ikan atau perusahaan pengolahan ikan, khususnya perusahaan pembekuan yang mengolah produknya dalam bentuk frozen scale-off.

Kolagen merupakan bagian dari protein berjenis stroma. Protein ini tidak dapat diekstrak dengan air, larutan asam, alkali atau larutan garam pada konsentrasi 0,01-0,1. Kolagen dapat mengembang karena daya ikat pada struktur molekulnya melemah saat diberikan perlakuan pH di bawah 4 atau dinaikkan sampai pH 10.

Sumber utama kolagen sampai saat ini hanya terbatas dari hewan ternak dan kulit/ tulang babi. Namun, akhir-akhir ini ditemukan hewan ternak terinfeksi penyakit bovine spongiform encelopathy (BSE), sehingga perlu dicari sumber alternatif contohnya yaitu dari sisik ikan.

Kolagen banyak dimanfaatkan dalam bidang medis dan kosmetik. Meskipun gel yang dihasilkan kolagen ikan bukan merupakan gel yang kuat, tetapi dapat digunakan dengan baik untuk aplikasi industri, contohnya seperti mikroenkapsulasi dan edible film.
Kolagen memiliki kemampuan untuk memberikan sifat elastis pada kulit, dan dapat mengurangi keriput yang terjadi sebagai efek dari penuaan. Kolagen juga banyak ditemukan di kornea mata dalam bentuk kristal. Kolagen pada bidang bedah kosmetik dapat digunakan untuk memperbesar volume bibir.

Kolagen mudah merenggang (melunak) apabila kondisi lingkungan keasamannya tinggi (pH < 4). Asam asetat dan sitrat merupakan asam organik yang memiliki sifat keasaman yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan berbagai jenis asam untuk mendapatkan kolagen terbaik.

Penggunaan larutan asam asetat dapat mengembangkan kolagen sebanyak 50% lebih dibandingkan menggunakan asam kuat HCl. Pada penelitian yang kami lakukan penggunaan asam asetat dengan konsentrasi 0,5M berbahan baku kulit ikan hiu diperoleh rendemen sekitar 12%.

Hasil perlakuan terbaik kami (kolagen dari sisik ikan kakap merah), yaitu ekstraksi kolagen dengan menggunakan asam asetat konsentrasi 1 M. Dihasilkan rendemen 20,44% (wb), kadar air 83,75% (wb), titik leleh 43,75oC dan suhu denaturasi 31,80C. Dari hasil pengamatan dengan SEM didapat bahwa serat kolagen mengalami perubahan struktur dengan semakin bertambahnya konsentrasi asam yang diberikan. Kolagen hasil ekstraksi memiliki 6 pita protein yakni dengan masing-masing berat molekul 169,48; 150,02; 132,24; 116,57; 88,69 and 74,96 kDa.



Sumber : Ali, Mahrus. Noor, N.M dan Leksono, Y.S. 2010. Ektraksi Kolagen dari Sisik Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp). Prosiding Seminar BBRP2B. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar